Minggu, 23 Maret 2008

Hasil dan Pembahasan

IV.1 Interpretasi Kualitatif (Anomali Bouguer)

Anomali Bouguer daerah penelitian merupakan gambaran kumpulan massa batuan dan dapat diduga sebagai bentuk struktur atau geometri bawah permukaan secara regional maupun residual. Nilai anomali Bouguer yang dihasilkan berdasarkan pemrosesan data daerah Menggala dan sekitarnya, berada pada kisaran 26 mGal – 76 mGal (Gambar 4.1). Anomali tersebut mengalami kenaikan cenderung berarah utara-selatan atau tepatnya berada dibagian baratdaya Lembar Menggala, yang mencerminkan adanya penipisan sedimen pada daerah tersebut.

Gambar 4.1 Lintasan AB dan CD pada kontur anomali Bouguer daerah Menggala

dan sekitarnya, Propinsi Lampung. (Selang kontur 4 mGal).

IV.2 Interpretasi Kuantitatif (Analisis Model)

Interpretasi kuantitatif dilakukan dengan menganalisis garis penampang lintasan AB dan CD pada kontur anomali Bouguer (Gambar 4.1). Pemodelan dilakukan dengan menggunakan metoda Talwani 2-D menggunakan software GRAV2DC. Penarikan penampang diambil berdasarkan pertimbangan pola struktur. Kedalaman yang diperoleh dari pemodelan merupakan kedalaman di bawah permukaan air laut (mean sea level). Hal tersebut disebabkan oleh lapisan batuan yang berada diatasnya telah dikoreksi dengan koreksi Bouguer dengan menggunakan rapat massa 2.67 yang merupakan rapat massa rata-rata batuan bumi. Kedua penampang anomali gayaberat diuraikan sebagai berikut :

a) Lintasan AB mempunyai jarak 119.16 km penampang anomali mengalami penurunan dari 76.47 mGal bervariasi hingga 40.53 mGal.

b) Lintasan CD mempunyai jarak 125.48 km penampang anomali mengalami penurunan dari 70.65 mGal bervariasi hingga 41.39 mGal.

Pemodelan dari kedua lintasan mempunyai parameter sebagai berikut :

Tabel 4.1 Parameter pemodelan lintasan AB dan CD.

Benda anomali

Kontras densitas

Maksimal kedalaman

Lebar benda anomali

1

0.06

10 km

25 km

2

0.2

Hasil pemodelan seperti pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 dengan densitas batuan diperkirakan berdasarkan informasi geologi daerah penelitian, yaitu sebesar 2.4 . Kedua pemodelan tersebut mempunyai konfigurasi sebagai berikut :

  1. Model benda anomali pertama kontras densitas 0.06 . Nilai tersebut ditambahkan dengan nilai densitas batuan daerah penelitian yaitu 2.4 sehingga diperoleh densitas sebesar 2.46 pada kedalaman 0-3 km dibawah permukaan air laut (mean sea level). Densitas tersebut mendekati densitas batuan sedimen (batupasir, batulempung) yaitu 2.46 (Telford et al., 1967).
  2. Model benda anomali kedua kontras densitas 0.2 . Nilai tersebut ditambahkan dengan densitas batuan daerah penelitian yaitu 2.4 sehingga diperoleh densitas sebesar 2.6 dengan kedalaman permukaan bervariasi hingga sekitar 3 km. Densitas tersebut mencerminkan batuan berkomposisi granitan atau batuan metamorf sebagai batuan dasar (granitic or metamorphic basement) (Bishop, M.G., 2001).

Gambar 4.2 Model benda anomali lintasan AB

Gambar 4.3 Model benda anomali lintasan CD